Wawasan Al-Qur'an

Mengungkap Misteri Pegunungan: Fungsi Vitalnya Sebagai Paku Bumi Menurut Alquran

Gunung sebagai pasak dalam Alquran

Pembahasan mengenai gunung sebagai pasak dalam Alquran merupakan salah satu topik yang paling memukau, di mana firman ilahi yang diturunkan lebih dari 14 abad lalu bertemu dengan penemuan sains geologi modern. Konsep ini bukan sekadar kiasan puitis, melainkan sebuah deskripsi yang luar biasa akurat mengenai fungsi fundamental gunung bagi stabilitas planet Bumi. Alquran menggunakan istilah ‘awtad’ (أَوْتَادًا), yang secara harfiah berarti pasak atau paku, untuk menggambarkan peran gunung. Artikel ini akan mengupas secara mendalam makna di balik analogi menakjubkan ini, menelusuri ayat-ayat terkait, bukti ilmiah yang mendukungnya, serta hikmah yang dapat dipetik oleh umat manusia.

Memahami bagaimana gunung berfungsi layaknya pasak membuka jendela baru dalam mengapresiasi keagungan penciptaan Allah SWT. Ini adalah bukti nyata bahwa Alquran bukanlah karangan manusia, melainkan wahyu dari Sang Pencipta alam semesta yang ilmunya meliputi segala sesuatu, baik yang tampak di permukaan maupun yang tersembunyi jauh di dalam perut bumi. Mari kita selami lebih jauh keajaiban geologis yang telah termaktub dengan indahnya di dalam kitab suci.

Ayat-Ayat Alquran tentang Gunung sebagai Pasak

gunung sebagai pasak

Alquran secara eksplisit menyebutkan peran gunung sebagai pasak dalam beberapa ayat. Ayat yang paling terkenal dan sering menjadi rujukan utama adalah dalam Surah An-Naba’.

Allah SWT berfirman: أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا (6) وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا (7) Alam naj’alil-ardha mihādā, wal-jibāla autādā Artinya: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba’: 6-7)

Kata ‘mihad’ (hamparan) menggambarkan bumi sebagai tempat yang nyaman dan stabil untuk dihuni, seperti sebuah alas tidur yang empuk. Kemudian, ayat selanjutnya secara langsung menyebut ‘al-jibal’ (gunung-gunung) sebagai ‘awtad’ (pasak-pasak). Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi pasak adalah untuk menancapkan dan menstabilkan sesuatu, seperti pasak pada tenda yang membuatnya kokoh dan tidak mudah goyah oleh terpaan angin. Analogi ini secara langsung mengisyaratkan bahwa gunung memiliki fungsi menstabilkan kerak bumi.

Selain di Surah An-Naba’, isyarat fungsi stabilisasi gunung juga ditemukan dalam ayat lain, meskipun dengan redaksi yang sedikit berbeda. Misalnya, dalam Surah An-Nahl ayat 15:

وَأَلْقَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ Wa alqā fil-arḍi rawāsiya an tamīda bikum Artinya: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu…” (QS. An-Nahl: 15)

Kata ‘rawasiya’ berarti sesuatu yang kokoh atau pegunungan yang terpancang kuat. Ayat ini secara gamblang menjelaskan tujuan penciptaan gunung, yaitu agar bumi tidak ‘tamida bikum’ (goncang bersamamu). Guncangan ini merujuk pada ketidakstabilan lempeng tektonik atau kerak bumi. Konsep yang sama juga diulang dalam Surah Luqman ayat 10. Ayat-ayat ini secara kolektif membangun sebuah gambaran yang konsisten: gunung bukanlah sekadar gundukan tanah dan batu yang menjulang tinggi, melainkan memiliki fungsi geologis yang vital sebagai penstabil bumi.

Perspektif Sains Modern: Teori Isostasi dan Akar Gunung

pasak bumi di dalam alquran

Selama berabad-abad, manusia hanya melihat gunung sebagai tonjolan raksasa di permukaan bumi. Fungsi yang mereka pahami mungkin sebatas sebagai sumber air, mineral, atau benteng pertahanan alamiah. Namun, ilmu geologi modern pada abad ke-19 dan ke-20 mulai mengungkap sebuah fakta yang mencengangkan, yang selaras dengan apa yang telah dinyatakan Alquran.

Ilmuwan menemukan bahwa kerak bumi (litosfer) sebenarnya mengapung di atas lapisan yang lebih panas dan lebih cair di bawahnya, yang disebut astenosfer (bagian dari mantel bumi). Fenomena ini dijelaskan dalam sebuah teori fundamental geologi yang disebut Isostasi. Teori ini menyatakan bahwa kerak bumi berada dalam kesetimbangan gravitasi. Bagian kerak yang lebih tebal dan tidak terlalu padat, seperti benua dan pegunungan, akan “mengapung” lebih tinggi di atas mantel, sementara bagian kerak yang lebih tipis dan padat, seperti kerak samudra, akan berada pada posisi yang lebih rendah.

Penemuan yang paling relevan dengan konsep pasak adalah bahwa gunung memiliki “akar” (mountain roots) yang menghujam jauh ke dalam mantel bumi. Sama seperti gunung es yang hanya memperlihatkan sekitar 10% massanya di atas permukaan air sementara 90% sisanya terendam di bawahnya, gunung juga memiliki struktur serupa. Akar gunung ini bisa mencapai kedalaman puluhan kilometer, bahkan bisa 10 hingga 15 kali lebih dalam dari ketinggian gunung itu sendiri di atas permukaan laut.

Akar ini terbentuk dari batuan kerak yang lebih ringan, dan fungsinya persis seperti pasak:

  1. Memberikan Stabilitas: Akar ini “mencengkeram” lapisan mantel yang lebih padat di bawahnya, memberikan stabilitas vertikal dan horizontal pada massa gunung yang sangat besar di atasnya. Tanpa akar ini, gunung akan menjadi sangat tidak stabil dan rentan terhadap erosi serta gaya gravitasi.
  2. Menstabilkan Kerak Bumi: Dengan menghujam ke dalam mantel, akar gunung membantu menstabilkan seluruh blok kerak benua. Mereka berfungsi sebagai paku raksasa yang menyatukan lempeng-lempeng tektonik, mengurangi guncangan dan pergeseran yang berlebihan.

Seorang ahli geologi terkemuka, Frank Press, dalam bukunya yang menjadi rujukan standar, “Earth”, menggambarkan gunung dengan bentuk seperti pasak dan menyatakan bahwa gunung ditopang oleh akar ringan yang tertanam jauh di dalam bumi. Fakta bahwa Alquran, sebuah kitab yang diturunkan di tengah padang pasir kepada masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan geologi canggih, menggunakan analogi ‘pasak’ yang begitu presisi adalah sebuah kemukjizatan ilmiah yang tak terbantahkan.

Makna “Pasak” dalam Tafsir Klasik dan Kontemporer

makna pasak kontenporer

Para ulama tafsir sejak zaman klasik telah berusaha menjelaskan makna di balik ayat-ayat ini sesuai dengan pemahaman pada masa mereka. Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa Allah menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk memantapkan dan mengokohkan bumi agar tidak bergetar dan bergoncang bersama penduduknya. Para mufasir klasik memahami fungsi stabilisasi ini secara harfiah berdasarkan teks ayat, meyakini bahwa gunung secara fisik mencegah bumi dari guncangan yang dahsyat. Pemahaman mereka, meskipun tanpa detail ilmiah tentang isostasi, sudah benar secara fungsional.

Memasuki era modern, para mufasir kontemporer seperti Syekh Tantawi Jauhari dalam tafsir “Al-Jawahir” atau Dr. Zaghloul El-Naggar, seorang ahli geologi Muslim terkemuka, mulai mengintegrasikan penemuan sains modern ke dalam penafsiran mereka. Mereka melihat keselarasan antara istilah ‘awtad’ (pasak) dengan penemuan akar gunung sebagai bukti kebenaran Alquran (I’jaz ‘Ilmi).

Bagi mereka, pemilihan kata “pasak” bukan lagi sekadar kiasan, melainkan sebuah terminologi teknis yang sangat akurat. Pasak memiliki dua bagian: bagian yang terlihat di atas tanah dan bagian yang tertancap di bawah tanah, di mana bagian yang tertancap inilah yang memberikan kekuatan dan stabilitas. Ini adalah deskripsi sempurna dari struktur gunung dengan puncaknya yang menjulang dan akarnya yang menghujam. Penafsiran kontemporer ini tidak menafikan tafsir klasik, melainkan memperkaya dan membuktikan kebenarannya melalui data-data empiris.

Fungsi Ganda Gunung: Stabilitas Fisik dan Penopang Kehidupan

fungsi gunung dalam alquran

Fungsi gunung sebagai penstabil tidak hanya terbatas pada skala geologis. Pegunungan juga memainkan peran krusial dalam menstabilkan ekosistem dan menopang kehidupan di bumi, yang selaras dengan makna bumi sebagai ‘mihad’ (hamparan yang nyaman).

Pertama, gunung adalah “menara air” dunia. Lerengnya menangkap uap air dari udara (proses orografik), menyebabkannya terkondensasi dan jatuh sebagai hujan atau salju. Salju yang mencair dan curah hujan ini menjadi sumber utama bagi sungai-sungai besar di dunia, menyediakan air tawar bagi miliaran manusia, pertanian, dan industri. Tanpa gunung, distribusi air tawar di planet ini akan sangat berbeda dan banyak wilayah subur akan menjadi gurun.

Kedua, gunung menciptakan keragaman iklim mikro dan habitat. Perbedaan ketinggian, suhu, dan paparan sinar matahari di sepanjang lereng gunung menciptakan berbagai macam ekosistem yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang kaya. Banyak spesies tumbuhan dan hewan yang hanya bisa ditemukan di wilayah pegunungan.

Ketiga, atmosfer di sekitar gunung juga cenderung lebih stabil. Pegunungan memengaruhi pola angin global dan regional, bertindak sebagai penghalang alami yang dapat melindungi suatu wilayah dari badai ekstrem. Dengan demikian, peran gunung sebagai penstabil mencakup aspek geologis, hidrologis, dan ekologis, yang semuanya berkontribusi menjadikan bumi tempat yang layak huni.

Hikmah di Balik Perumpamaan Gunung sebagai Pasak

hikmah menjaga dan melestarikan gunung

Penggunaan analogi gunung sebagai pasak dalam Alquran mengandung hikmah yang mendalam. Pertama, ini adalah cara komunikasi yang jenius. Untuk audiens abad ke-7, analogi pasak tenda adalah sesuatu yang sangat mudah dipahami. Ia secara efektif menyampaikan konsep stabilitas ilahi tanpa harus menjelaskan teori lempeng tektonik yang rumit. Namun, pada saat yang sama, frasa tersebut mengandung kebenaran ilmiah yang dalam, yang baru akan terungkap berabad-abad kemudian, menjadi bukti bagi generasi masa depan.

Kedua, ini adalah pengingat akan kekuasaan dan ilmu Allah SWT yang tak terbatas. Manusia, dengan segala kecanggihan teknologinya, baru memahami fungsi akar gunung dalam dua abad terakhir. Sementara itu, Sang Pencipta telah menjelaskannya dengan sempurna 1.400 tahun yang lalu. Hal ini seharusnya menumbuhkan rasa rendah hati dan kekaguman di dalam diri seorang mukmin.

Ketiga, secara spiritual, gunung seringkali menjadi simbol keteguhan, kekuatan, dan kekokohan. Seorang mukmin diajarkan untuk memiliki iman yang kokoh laksana gunung, tidak mudah goyah oleh badai cobaan dan godaan dunia. Sebagaimana gunung menstabilkan bumi, iman yang kokoh menstabilkan jiwa dan kehidupan seseorang, menjaganya agar tidak terombang-ambing dalam ketidakpastian.

Kesimpulannya, pernyataan Alquran bahwa gunung berfungsi sebagai pasak adalah sebuah fakta yang didukung kuat oleh bukti-bukti ilmiah. Ini bukan sekadar metafora, melainkan deskripsi akurat dari fungsi geologis gunung dalam menstabilkan kerak bumi melalui akarnya yang dalam, sesuai dengan teori Isostasi. Keajaiban tentang gunung sebagai pasak dalam Alquran ini menjadi penegas bahwa Alquran adalah firman Allah, dan alam semesta adalah kitab-Nya yang terbuka, di mana ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda di alam) dan ayat-ayat qauliyah (firman dalam kitab suci) berjalan selaras tanpa pertentangan.

Memahami keajaiban Alquran seperti ini tentu akan semakin mempertebal keimanan kita dan mendorong rasa ingin tahu untuk mempelajari lebih dalam isi kandungan kitab suci. Untuk menemani perjalanan Anda dalam menyelami samudra ilmu dan hikmah Alquran serta khazanah pemikiran Islam lainnya, Gema Risalah menyediakan berbagai koleksi buku Islam yang berkualitas, mencerahkan, dan terpercaya. Dari tafsir, hadis, sejarah, hingga sains dalam perspektif Islam, temukan bacaan yang akan memperkaya wawasan dan menenangkan jiwa Anda. Kunjungi Gema Risalah sekarang juga untuk mendapatkan buku-buku pilihan yang akan menjadi sahabat terbaik dalam perjalanan spiritual dan intelektual Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *